Custom Search

Tugas Cyberpreneurship " Bisnis Cyberku XN "

Tugas Cyberpreneurship Bisnis Cyberku XN

Tugas Cyberpreneurship, buat artikel tentang bisnis dunia maya judul bebas yang penting sesuai dengan topik, tugas ini sebagai tabungan nilai khusus untuk mahasiswa kelompok XN yang mengambil mata kuliah Cyberpreneurship. Menggunakan Keyword “Bisnis Cyberku XN” hingga ke detect oleh google dan terindex dengan keyword “Bisnis Cyberku XN” itu sendiri.

Dengan demikian nilai UAS mata kuliah cyberpreneurship bisa dibantu dengan tugas tersebut setidaknya ada 20 atau 10 % dambil dari tugas ini.


Diposting oleh : bisnis cyberku xn (http://bisniscyberkuxn.blogspot.com)

[+/-] Selengkapnya...

Keluarga - Dalam Keadaan Darurat!




Smashed  wedding picture


Keluarga—Dalam Keadaan Darurat!


”DAN mereka pun hidup bahagia selama-lamanya.” Akhir sebuah dongeng seperti itu semakin jarang didapati dalam keluarga-keluarga dewasa ini. Ikrar perkawinan untuk mengasihi satu sama lain ’di saat senang atau susah sepanjang hidup mereka berdua’ sering kali hanyalah formalitas belaka. Kemungkinan untuk memiliki keluarga yang bahagia tampak seperti permainan judi dengan segala untung-untungannya.

Antara tahun 1960 dan 1990, angka perceraian meningkat lebih dari dua kali lipat di sebagian besar negara industri Barat. Di beberapa negeri, angka ini meningkat empat kali lipat. Misalnya, setiap tahun sekitar 35.000 perkawinan disahkan di Swedia, dan sekitar setengahnya gagal, melibatkan lebih dari 45.000 anak-anak. Tingkat perpisahan di kalangan pasangan yang hidup bersama tanpa menikah bahkan lebih tinggi, mempengaruhi puluhan ribu anak-anak lagi. Trend serupa bermunculan di negara-negara di seluruh dunia, sebagaimana dapat terlihat dari kotak pada halaman 5.

Memang, keluarga berantakan dan perkawinan yang berakhir bukanlah hal baru dalam sejarah. Kaidah Hammurabi dari abad ke-18 SM mencakup hukum yang memperbolehkan perceraian di Babilon. Bahkan Hukum Musa, yang ditetapkan pada abad ke-16 SM, mengizinkan perceraian di Israel. (Ulangan 24:1) Akan tetapi, ikatan keluarga belum pernah serapuh pada abad ke-20 ini. Lebih dari satu dekade yang lalu, seorang kolumnis surat kabar menulis, ”Lima puluh tahun mendatang, keluarga dalam pengertian tradisional bahkan mungkin sudah tidak ada lagi. Kemungkinan, yang ada hanyalah berbagai jenis kelompok manusia sebagai pengganti keluarga.” Dan sejak saat itu kecenderungannya tampak meneguhkan gagasan sang kolumnis. Sedemikian cepatnya lembaga keluarga merosot sehingga pertanyaan ”Apakah keluarga masih akan bertahan?” menjadi semakin relevan.

Mengapa sedemikian sukar bagi begitu banyak pasangan untuk berpaut satu sama lain dan mempertahankan keutuhan keluarga? Apa rahasia dari orang-orang yang telah berpaut bersama seumur hidup, dengan bahagia merayakan perkawinan perak dan emas mereka? Secara kebetulan, pada tahun 1983 dilaporkan bahwa seorang pria dan seorang wanita di bekas republik Soviet, Azerbaijan, yang merayakan hari jadi perkawinan mereka yang ke-100—masing-masing pada usia 126 dan 116 tahun.

Apa Ancamannya?

Di banyak negeri, beberapa dasar untuk perceraian yang sah adalah perzinaan, kekejaman mental atau fisik, pengabaian keluarga, alkoholisme, impotensi, ketidakwarasan, bigami, dan kecanduan obat bius. Akan tetapi, penyebab yang lebih umum adalah bahwa sikap fundamental terhadap perkawinan dan kehidupan keluarga tradisional telah berubah secara radikal, khususnya selama beberapa dekade terakhir ini. Respek terhadap lembaga yang sejak lama dianggap sakral ini telah terkikis. Para produser yang tamak di bidang musik, film, opera sabun di TV, dan bahan bacaan populer telah mengagung-agungkan apa yang disebut kebebasan seksual, perbuatan amoral, tingkah laku bebas, dan gaya hidup yang berpusat pada diri sendiri. Mereka telah mempromosikan suatu kebudayaan yang mencemari pikiran dan hati dari orang-orang tua maupun muda.

Sebuah jajak pendapat pada tahun 1996 memperlihatkan bahwa 22 persen orang Amerika mengatakan bahwa perselingkuhan adakalanya baik untuk perkawinan. Sebuah edisi khusus salah satu surat kabar terbesar di Swedia, Aftonbladet, mendesak para wanita untuk bercerai karena ”hasilnya hanya akan lebih baik”. Beberapa psikolog dan antropolog populer bahkan telah berspekulasi bahwa pria ”diprogram” oleh evolusi untuk berganti-ganti pasangan setiap beberapa tahun sekali. Dengan kata lain, mereka memberi kesan bahwa perselingkuhan dan perceraian adalah wajar. Beberapa bahkan berpendapat bahwa perceraian orang-tua bermanfaat bagi anak-anak, mempersiapkan mereka untuk mengatasi perceraian mereka sendiri suatu hari nanti!

Banyak anak muda tidak lagi berkeinginan menjalani kehidupan keluarga tradisional, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. ”Tidak terbayangkan oleh saya untuk menjalani seluruh kehidupan saya bersama mitra yang sama”, adalah pandangan yang populer. ”Perkawinan itu bagaikan hari Natal, cuma dongeng. Saya sama sekali tidak mempercayainya,” kata seorang pemuda Denmark berusia 18 tahun. ”Saya rasa, buat apa susah-susah hidup bersama [laki-laki] dan mencucikan kaus kaki mereka,” demikian Noreen Byrne dari Dewan Wanita Nasional di Irlandia menyatakan. ”Lebih baik jalan-jalan dan bersenang-senang bersama mereka . . . Banyak wanita yang memutuskan bahwa mereka tidak membutuhkan laki-laki sebagai tumpuan hidup.”

Rumah Tangga dengan Orang-Tua Tunggal Sedang Bertambah

Di seluruh Eropa, sikap ini turut menyebabkan peningkatan yang pesat dalam jumlah ibu tak bersuami. Sebagian dari antara orang-tua tunggal ini adalah remaja-remaja yang merasa bahwa kehamilan yang tidak direncanakan bukanlah suatu kekeliruan. Beberapa dari mereka adalah wanita-wanita yang ingin mengasuh anak mereka seorang diri. Sebagian besar adalah ibu-ibu yang hidup bersama ayah dari anak-anaknya selama beberapa waktu, tanpa rencana apa pun untuk menikahi pria tersebut. Tahun lalu, majalah Newsweek menerbitkan liputan utama mengenai pertanyaan ”Apakah Perkawinan Sudah Mati?” Liputan itu menyatakan bahwa persentase anak di luar nikah meningkat pesat di Eropa dan tampaknya tidak seorang pun yang peduli. Swedia mungkin berada di urutan pertama, setengah dari semua bayi di sana lahir di luar nikah. Di Denmark dan Norwegia jumlahnya mendekati setengah, dan di Prancis dan Inggris, sekitar 1 dari 3 bayi.

Di Amerika Serikat, keluarga-keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu telah menurun secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir. Sebuah laporan mengatakan, ”Pada tahun 1960, . . . 9 persen dari semua anak hidup dalam rumah dengan orang-tua tunggal. Pada tahun 1990, jumlah itu telah melambung hingga 25 persen. Sekarang ini, 27,1 persen dari semua anak Amerika lahir dalam rumah dengan orang-tua tunggal, jumlah yang sedang meningkat. . . . Sejak tahun 1970, jumlah keluarga dengan orang-tua tunggal telah meningkat lebih dari dua kali lipat. Dewasa ini, keluarga tradisional sedemikian terancamnya sehingga itu mungkin berada di ambang kepunahan, kata beberapa peneliti.”

Di negeri-negeri BARAT telah banyak kehilangan wewenang moralnya, keluarga dengan orang-tua tunggal sedang bertambah. Kurang dari setengah rumah tangga Italia yang terdiri dari ibu, ayah, serta anak-anak, dan keluarga tradisional sedang digantikan oleh pasangan tanpa anak dan rumah tangga dengan orang-tua tunggal.

Sistem jaminan sosial di beberapa negeri sebenarnya malah menganjurkan orang-orang untuk tidak menikah. Ibu tak bersuami yang menerima bantuan sosial akan kehilangan bantuan itu jika mereka menikah. Para ibu tak bersuami di Denmark mendapat subsidi tambahan untuk perawatan anak, dan dalam beberapa kelompok masyarakat, para ibu di bawah umur mendapatkan uang tunai ekstra dan tidak perlu membayar uang sewa tempat tinggal. Jadi, ini ada sangkut-pautnya dengan uang. Alf B. Svensson menyatakan bahwa satu perceraian di Swedia menguras antara 250 ribu dan 375 ribu dolar AS dari para pembayar pajak dalam bentuk subsidi, penggantian ongkos tempat tinggal, dan bantuan sosial.

Kaum Rohaniawan tampaknya tidak banyak berbuat atau sama sekali tidak berupaya membalikkan trend yang menghancurkan di antara keluarga-keluarga ini. Banyak pemimpin agama bergulat melawan krisis keluarga mereka sendiri, sehingga mereka merasa tidak sanggup membantu orang lain. Beberapa bahkan tampaknya menganjurkan perceraian. Aftonbladet terbitan 15 April 1996 melaporkan bahwa rohaniawan Steven Allend dari Bradford, Inggris, menyusun suatu upacara resmi perceraian, yang ia sarankan untuk difungsikan sebagai upacara resmi di semua gereja Inggris. ”Ini adalah suatu jasa penyembuhan untuk membantu seseorang menerima dan menyesuaikan diri dengan apa yang telah menimpanya. Ini membantu mereka sadar bahwa Allah masih mengasihi mereka dan melepaskan mereka dari perasaan sakit itu.”

Jadi, menuju ke manakah lembaga perkawinan? Adakah harapan bagi lembaga perkawinan untuk bertahan? Dapatkah keluarga-keluarga secara individu

memelihara persatuan mereka di bawah ancaman yang sedemikian besar? Silakan perhatikan artikel berikut.



PERBANDINGAN ANTARA PERKAWINAN DAN PERCERAIAN SETIAP TAHUN DI BEBERAPA NEGERI



NEGERI TAHUN PERKAWINAN PERCERAIAN

Amerika Serikat 1993 2.334.000 1.187.000
Australia 1993 113.255 48.324
Denmark 1993 31.507 12.991
Estonia 1993 7.745 5.757
Federasi Rusia 1993 1.106.723 663.282
Inggris 1992 356.013 174.717
Jepang 1993 792.658 188.297
Jerman 1993 442.605 156.425
Kanada 1992 164.573 77.031
Kuba 1992 191.837 63.432
Maladewa 1991 4.065 2.659
Norwegia 1993 19.464 10.943
Prancis 1991 280.175 108.086
Puerto Riko 1992 34.222 14.227
Republik Ceko 1993 66.033 30.227
Swedia 1993 34.005 21.673


(Berdasarkan 1994 Demographic Yearbook, Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York 1996


Sumber :
Dikutip & diedit Appeared in The Watchtower April 1, 1998Watchtower April 1, 1998
Copyright © 2006 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania. All rights reserved.

[+/-] Selengkapnya...

Saling Mencintai = Menerima Ketidaksempurnaan

Makna tersirat di balik kekurangan pasangan kita.


SALING MENCINTAI = MENERIMA KETIDAKSEMPURNAAN

Kondisi stres yang sedang kita alami, baik mengenai tekanan pekerjaan maupun masalah keluarga, cenderung membuat kita menjadi orang yang lebih cepat marah dan mudah emosi. Di dalam berhubungan, terkadang perilaku tersebut bisa menyebabkan perasaan tersinggung atau bahkan pertengkaran dengan pasangan kita. Oleh sebab itu, mari redam hawa peperangan dengan mengerti sedikit siapa dan bagaimanakah pasangan kita.

Tidak ada orang yang sempurna. Kita semua pasti memiliki kekurangannya masing-masing, begitu juga dengan pasangan kita. Dengan mencoba belajar untuk bisa melihat mereka dari sudut pandang yang lebih rasional atau lebih dimengerti, mungkin bisa menjadi kado hari Valentine terbaik yang bisa diberikan kepada pasangan kita. Menurut studi yang dilakukan di University of Washington, Neil Jacobson, PhD, psikolog dan pendiri integrative behavioral couples therapy, menyatakan perilaku saling menerima antar pasangan tidak hanya akan meningkatkan keintiman dan kepuasan dalam berhubungan saja, tapi juga bisa menghindari kita terjadinya perselingkuhan. Sebab dengan sikap saling menerima, maka kedua belah pihak tidak akan merasakan adanya tekanan satu sama lain.

# Sembrono. Jika seorang pria mampu membangun rumah, menerbangkan pesawat, memperbaiki mobil yang rusak, tapi banyak wanita yang merasa heran, mengapa para suami tidak bisa membersihkan cucian piring? Atau sekedar mengganti tisu di toilet yang sudah habis? Sebenarnya, kita tidak perlu seorang profesor untuk mengetahui alasan mengapa wanita lebih condong bisa melakukan pekerjaan rumah lebih banyak dibading yang para kaum pria bisa kerjakan.

Sebenarnya, faktor keengganan suami pasangan membantu kita adalah karena mereka memiliki rasa takut lebih besar akan mengganggu pekerjaan kita dibanding kekacauan yang bisa dan akan mereka perbuat.

Dibanding marah-marah, sebaiknya apa yang bisa kita lakukan? Gunakanlah komunikasi yang efektif, yaitu komunikasi yang tidak hanya sebatas penyampaian pesan saja tapi harus disertakan dengan kontak verbal, seperti kontak mata dan penggunaan intonasi yang tepat, atau kita bisa membubuhkan sedikit humor. Jika suami tampak tidak peduli sama sekali dengan debu-debu yang menempel di perabot rumah, maka pahamilah bahwa memang kaum pria tidak didesain untuk bisa memperhatikan hal-hal yang kecil seperti kaum perempuan.

# Tidak banyak bicara. Biasanya, wanita memang lebih terbuka dan cerewet dibanding kaum pria. Penelitian yang dilakukan Ronald F.Levant, EdD, dari University of Akron, menyatakan sebenarnya baik lelaki maupun perempuan dilahirkan dengan kapasitas berperilaku ekspresif yang sama, namun yang membuatnya berbeda adalah cara mensosialisasikannya saja.

Orang tua akan lebih cenderung mengekspos jangkauan emosi mereka yang lebih luas pada anak perempuannya dibanding anak lelaki, dan orang tua juga bekerja keras untuk bisa mengantur perubahan emosi dari anak-anak mereka. Mungkin saja, pasangan hidup kita merupakan tipe lelaki pendiam dikarenakan sejak kecil memang mereka tidak diajarkan untuk mengekspresikan emosi mereka. Jadi jangan pernah menginterpretasikan “diamnya” pasangan sebagai sinyal bahwa mereka sudah mulai bosan dan tidak lagi tertarik dengan kita. Seharusnya, jika kita percaya akan besarnya cinta pasangan pada kita, maka kita bisa melihat bagaimana pasangan mengkomunikasikan bentuk cinta mereka dengan cara yang non-verbal.

# Terlalu sibuk. Memiliki pasangan yang bekerja 7/24 jam memang kadang membuat kita kesal, marah dan tidak dihargai. Tapi cobalah kita selami satu kata, yaitu pengampunan. Dimana kita bisa menerima dan mengampuni kesalahan orang lain serta mengubah pengampunan tersebut menjadi rasa sayang. Ajaklah pasangan kita untuk berbicara dari hati ke hati, ketimbang hanya menyalahkan dan mengeluarkan kalimat makian. Berikan rasa hormat dan dukungan kepada pasangan kita sehingga mereka bisa merasakan kalau kita selalu ada untuk mendukung dan memberikan perhatian kepada mereka. Dan pada akhirnya, mereka dengan sendirinya akan merubah jadwal kerja dan ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan kita.

Berusaha untuk belajar mencintai kekurangan pasangan kita bukan berarti mereka akan merubah perilaku mereka. Tapi, yang pasti kita sendiri akan merasakan perubahannya, seperti peningkatan rasa percaya, intimasi, dan rasa sayang kepada pasangan kita. Coba pada valentine kali ini :

1. Tuliskan surat kepada pasangan kita yang berisi apresiasi kita untuk segala bentuk empati, keingintahuan, dan kebaikan yang dia tunjukkan melalui kekurangan yang ada padanya.

2. Berikan pasangan kita kado spesial untuk merayakan perbedaan kita. Contoh, jika pasangan kita suka menikmati konser dengan hingar bingarnya dan kita tidak, coba belilah 2 tiket konser untuk kita tonton bersama. Tunjukkan betapa besarnya cinta kita dengan menikmati konser tersebut karena hal itu yang akan membuat pasangan kita bahagia.(Astrid Anastasia)



(Sumber : www.preventionindonesia.com)

[+/-] Selengkapnya...

Hidup Penuh Tawa Bikin Awet Muda

Hidup Penuh Tawa Bikin Awet Muda



shutterst

KOMPAS.com — Tertawa lepas adalah salah satu cara terbaik dan termudah untuk mengusir stres sehari-hari yang kerap mengganggu kesehatan kita. Artinya, semakin banyak kita tertawa, semakin sehatlah tubuh dan pikiran kita.

Pemikiran lama menyebutkan kita tertawa hanya jika ada hal yang lucu. Plus, tidak semua orang terlahir humoris. Humoris atau tidak, itu ditentukan oleh gen. Padahal, faktanya tidak demikian. Penelitian terbaru menunjukkan tertawa bisa dilatih dan dilakukan setiap hari. Ini adalah pendapat dari Lee Berk, ilmuwan dari Loma Linda University.

Lewat penelitiannya, Berk menyimpulkan bahwa tertawa yang tidak lepas atau yang sudah diantisipasi sebelumnya tetap memiliki manfaat sehat, yaitu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) sebesar 26 persen.

Selain itu, tertawa juga dapat menurunkan kadar C-reactive protein. Ini adalah bagian protein yang menjadi salah satu tolok ukur risiko diabetes dan gangguan jantung seseorang. Semakin tinggi level C-reactive protein, semakin tinggi risiko jantung dan diabetes.

Karena itu, rajinlah tertawa meski tidak ada hal yang benar-benar lucu yang bisa menyebabkan kita terbahak-bahak. Tertawalah untuk hal-hal kecil atau untuk lelucon yang sudah pernah kita dengar sebelumnya.


Editor: Anna | Sumber :Prevention Indonesia

[+/-] Selengkapnya...

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com