Custom Search

Awas, Air Tanah Jakarta Menipis! | info for us

info lingkungan


Jakarta dan kota-kota lain semakin terancam akan banjir. Salah satu penyebabnya karena sistem drainase yang tidak baik, serta daya resap air ke dalam tanah yang semakin minim. Lubang biopori bisa jadi solusi.

Rabu, 26 November 2008 | 18:37 WIB
JAKARTA,RABU - Persediaan air tanah di Jakarta menipis. Setiap tahun defisit air tanah sebanyak 65,6 juta meter kubik. Sebabnya, daya serap tanah hanya 26,6 persen dari 2 miliar meter kubik pertahunnya yang diperoleh dari hujan. Sedangakan penggunaan warga terhadap air tanah mencapai 30-40 persen setiap tahunnya.

"Ke depannya air warga jakarta semakin menipis, sebabnya pembangunan dan masyarakat terus bertambah." kata Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Propinsi DKI Jakarta Daniel Abbas, di Jakarta, Rabu(26/11).


Daniel menjelaskan, dari dua miliar air yang didapat dari hujan sebanyak 76,4 persen tidak dapat terserap ke dalam tanah. Air tersebut menjadi air larian (run off) seperti banjir yang merupakan langganan setiap tahun di Jakarta. Saat ini kawasan selatan dan timur Jakarta merupakan kawasan paling rentan kekurangan air tanah yang bersih.

Saat memasuki musim kemarau, beberapa titik di Jakarta mengalami kekurangan air karena sedikitnya air serapan saat musim hujan. Parahnya, justru masyarakat makin dalam menggali tanah untuk mendapatkan sumber air dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

"Bisa dibayangkan jika suatu saat tanah kita kehabisan air tanah. Warga akan kesulitan mencari air bersih. Selain itu, permukan tanah akan turun, hal itu terlihat dari permukaan laut yang terus naik setiap tahun," tambah Daniel.

Upaya pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi ini adalah, lanjut daniel, dengan mensosialisasikan pembuatan lubang biopori, penghijauan, serta kolam resapan.

Lubang biopori sangat mudah dilakukan warga. Hanya dengan membuat lubang sedalam 30-100 centimeter dengan diameter 10-30 centimeter kita telah membuat jalan untuk resapan air tanah ketika hujan. Idealnya 28 lubang untuk 100 meter persegi.

Jika setiap rumah membuat lubang biopori, maka dampaknya akan begitu besar khsusnya dalam mengurangi banjir di Jakarta. "Minimalnya kita bisa memproduksi air tanah disetiap rumah. Maksimalnya resapan air hujan setiap tahun bisa mengurangi banjir sehingga air hujan dapat dimanfaatkan secara maksimal," jelas Daniel.

Artikel Terkait:

Artikel yang Berhubungan



0 comments:

Posting Komentar

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com