Tekanan Darah Naik Turun Berisiko Stroke
Penulis : Ikarowina Tarigan
wikimedia.org
MENURUT ilmuwan para dokter kemungkinan melewatkan gejala-gejala yang menunjukkan pasien berisiko tinggi stroke karena mereka mengabaikan tekanan darah yang naik turun (yo-yo).
Peneliti Peter Rothwell dari University of Oxford menemukan, bacaan tekanan darah yang kadang-kadang tinggi merupakan indikator risiko stroke yang lebih akurat dibandingkan tekanan darah yang tetap tinggi secara konsisten.
Dalam sistem tradisional, terang peneliti, dokter hanya mempertimbangkan tekanan darah tinggi berkesinambungan sebagai gejala bahwa seseorang beriko mengalami penyakit jantung atau stroke. Tekanan darah tinggi yang hanya terjadi sekali-sekali biasanya diabaikan dan dianggap sebagai sebuah penyimbangan.
Akan tetapi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa praktik seperti ini bisa menyesatkan. Variasi tekanan darah, terang peneliti, juga bisa digunakan untuk mengenali gejala gangguan jantung di masa depan.
Temuan ini, menurut peneliti, mempunyai implikasi besar terhadap pencegahan stroke dan serangan jantung. Panduan klinis, terang peneliti, seharusnya dikaji ulang.
Dalam studi ini, peneliti melihat bagaimana variasi tekanan darah memengaruhi risiko stroke pada empat kelompok partisipan dari percobaan-percobaan sebelumnya. Masing-masing kelompok terdiri dari 2.000 pasien. Semua partisipan pernah mengalami stroke kecil atau transient ischaemic attack (TIA).
Studi yang dipublikasikan di The Lancet ini mengungkap, pasien dengan tekanan darah atas (sistolik) paling bervariasi berisiko enam kali lebih besar mengalami stroke dibandingkan mereka yang mempunyai paling sedikit variasi tekanan darah, terlepas dari rata-rata tekanan darah.
"Kami menemukan bahwa variasi tekanan darah lebih menentukan risiko stroke dibandingkan rata-rata tekanan darah," terang Rothwell, seperti dikutip situs dailymail.co.uk, edisi Sabtu, (13/3). (IK/OL-08)
Peneliti Peter Rothwell dari University of Oxford menemukan, bacaan tekanan darah yang kadang-kadang tinggi merupakan indikator risiko stroke yang lebih akurat dibandingkan tekanan darah yang tetap tinggi secara konsisten.
Dalam sistem tradisional, terang peneliti, dokter hanya mempertimbangkan tekanan darah tinggi berkesinambungan sebagai gejala bahwa seseorang beriko mengalami penyakit jantung atau stroke. Tekanan darah tinggi yang hanya terjadi sekali-sekali biasanya diabaikan dan dianggap sebagai sebuah penyimbangan.
Akan tetapi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa praktik seperti ini bisa menyesatkan. Variasi tekanan darah, terang peneliti, juga bisa digunakan untuk mengenali gejala gangguan jantung di masa depan.
Temuan ini, menurut peneliti, mempunyai implikasi besar terhadap pencegahan stroke dan serangan jantung. Panduan klinis, terang peneliti, seharusnya dikaji ulang.
Dalam studi ini, peneliti melihat bagaimana variasi tekanan darah memengaruhi risiko stroke pada empat kelompok partisipan dari percobaan-percobaan sebelumnya. Masing-masing kelompok terdiri dari 2.000 pasien. Semua partisipan pernah mengalami stroke kecil atau transient ischaemic attack (TIA).
Studi yang dipublikasikan di The Lancet ini mengungkap, pasien dengan tekanan darah atas (sistolik) paling bervariasi berisiko enam kali lebih besar mengalami stroke dibandingkan mereka yang mempunyai paling sedikit variasi tekanan darah, terlepas dari rata-rata tekanan darah.
"Kami menemukan bahwa variasi tekanan darah lebih menentukan risiko stroke dibandingkan rata-rata tekanan darah," terang Rothwell, seperti dikutip situs dailymail.co.uk, edisi Sabtu, (13/3). (IK/OL-08)
[Sumber : www.mediaindonesia.com]
0 comments:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Posting Komentar