post by info for us
kategori info kesehatan
Insentif Untuk Berhenti Merokok
"Kanker paru-paru, serangan jantung, stroke. Bagi beberapa orang yang menyukai berbagai kegiatan yang riskan, bahaya yang memautkan akibat merokok malahan meningkatkan daya tarik rokok, sebagaimana dibuktikan oleh riset," ulas Science News."Namun dua laporan baru yang menyorot pengaruh tidak mematikan akibat merokok, bisa menyediakan suatu insentif bahkan bagi para penantang bahaya tersebut untuk membuang kebiasaan menghirup nikotin." Penelitian pertama menunjukkan bahwa sepertiga dari seluruh jumlah wanita yang menderita masalah yang memalukan akibat berurine (buang air kecil) tidak terkendali dapat melacak penyebab masalahnya yaitu kebiasaan merokok yang dahulu maupun yang sekarang. Penelitian kedua menemukan bahwa wajah para perokok pria maupun wanita lebih cepat keriput dan proses keriput tersebut meningkat sejalan dengan kebiasaan dan jumlah batang rokok yang dihisap. Kemungkinan para perokok berat memiliki keriput pada kulit hampir lima kali dari pada rekan mereka yang tidak merokok. "Bagi banyak perokok, khususnya remaja, bukti bahwa merokok menyebabkan keadaan seperti keriput, nafas tak sedap atau gigi kuning lebih menuntut perhatian dari pada bukti bahwa rokok memautkan," kata Thomas E. Kottke dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, AS.
Seberapa Amankah Rumah Sakit?
Dapatkah rumah sakit dan dokter berbahaya bagi kesehatan Anda? Sebenarnya, tanpa kata-kata pun orang-orang tahu bahwa dokter dan rumah sakit lebih banyak menghasilkan hal yang baik daripada yang berbahaya. Akan tetapi, suatu penelitian oleh Harvard University di Amerika Serikat mendapati bahwa dari antara 2.500.000 pasien yang dipulangkan dari rumah sakit di Negara Bagian New York dalam satu tahun, hampir 100.000 pasien menderita "kejadian yang tidak menguntungkan", atau luka yang disebabkan oleh penanganan medis sewaktu memerangi penyakit mereka. Dalam 27.179 kasus demikian, kelalaian tersangkut. Risiko dan kecerobohan demikian dua kali banyaknya untuk pasien berusia 65 tahun ke atas. Dengan cara serupa, para peneliti Jerman menguji 780 post mortems yang dilaksanakan di sana antara tahun 1977 dan 1990; mereka mendapati bahwa dalam 25 persen kasus, para pasien meninggal karena kasus-kasus yang gagal di diagnosis oleh dokter mereka. Rata-rata kesalahan tidak menurun selama 13 tahun penelitian, meskipun terdapat kemajuan-kemajuan sains.
Dokter Anak Menangani Penyalahgunaan TV
"Penting sekali bahwa dokter-dokter anak melaksanakan peran yang lebih aktif dalam masalah-masalah pertelevisian," demikian saran majalah Pediatrics, dan menambahkan bahwa, "mereka harus memberi instruksi kepada orang tua berkenaan pengaruh-pengaruh yang merusak dari kekerasan dan hal-hal lain dalam televisi yang tidak pantas bagi anak kecil." Suatu survey di Kanada baru-baru ini tentang kebiasaan menonton televisi dari 311 keluarga mengungkapkan bahwa semua memiliki sedikitnya satu pesawat televisi. Dalam 16 persen dari rumah tangga yang diamati tersebut, televisi dibiarkan menyala sepanjang hari. Para peneliti menyatakan bahwa "banyak anak kecil yang menonton televisi tanpa batasan apa pun yang ditetapkan oleh orang tua mereka dan menyaksikan tontonan kekerasan pada usia yang peka dan mudah terpengaruh." Dokter anak dianjurkan untuk memperingatkan para orang tua tentang resiko dari penyalahgunaan televisi.
TV Disalahkan
lagi-lagi televisi disalahkan atas menurunnya kemampuan membaca siswa-siswa. Nilai ujian lisan dari siswa-siswa perguruan tinggi di AS mencapai nilai yang amat rendah pada tahun 1991. William M. Honig, direktur pendidikan umum di California berkata, "Semakin banyak Anda menonton televisi, semakin rendah kesanggupan membaca Anda." Di lain pihak, Michael Fitzmaurice dari National Association of Broadcasters berupaya membela televisi. Ia berkata, "Satu hal yang kita ketahui adalah bagian terbesar yang menentukan keberhasilan anak di sekolah adalah waktu yang digunakan orang tua untuk membaca bersama anak-anaknya. Bahkan jika Anda menyingkirkan televisi, kemampuan anak di sekolah tidak akan berkembang."
Transfusi Darah Bukanlah "Hadiah Kehidupan"
Apakah tranfusi darah benar-benar menyelamatkan kehidupan? Semakin banyak kalangan medis yang meagukannya. Direktur Hematologi Australia's Sydney Royal North Shore Hospital membahas sehubungan amannya transfusi darah di Medical Journal of Australia. Ia percaya bahwa terdapat hubungan antara kanker, infeksi dan transfusi darah. Media Courier-Mail Brisbane mengutip kata-kata sang dokter sebagai berikut, "Transfusi darah semula dipandang sebagai hadiah kehidupan, namun pandangan itu telah berubah dan persepsi umum dewasa ini bahwa pembedahan tanpa darah dan menghindari transfusi merupakan hadiah kehidupan. Berdasarkan data yang baru , dikemukakan bahwa transfusi darah pada waktu pembedahan dapat membawa risiko kambuhnya kanker dan infeksi pasca-operasi merupakan hal yang perlu diperhatikan."
Hepatitis dari Darah
Suatu penelitian di Jepang baru-baru ini membuktikan bahwa hepatitis Type-C melalui transfusi darah. Jenis virus ini dikatakan telah menyebabkan setengah dari jumlah kasus kanker hati dan sirosis hati di Jepang. Menurut penelitian tersebut, 8,3 persen dari 962 orang yang telah menerima transfusi darah mengidap virus hepatitis Type-C, sementara 0,7 persen dari 1.870 orang yang belum pernah menerima transfusi mengidap virus tersebut. sangat mengejutkan, virus dalam tubuh 40 persen penyandangnya tidak terdeteksi ketika mereka melakukan pemeriksaan darah yang dilakukan oleh Lembaga Palang Merah Jepang.
Lebih Berbahaya Dari Pada Kokain
Pada tahun 1990, kata surat kabar Brasil Jornal da Tarde, 58 remaja mati di kota Minas Gerais karena minum sirup obat batuk melebihi dosis. Akibatnya, "Pemerintah Brasil melarang penjualan dan impor dari empat jenis sirup obat batuk, "kata majalah Veja. Veja menambahkan bahwa menurut seorang pakar, "sirup obat batuk dengan Zipeprol dapat menjadi obat yang lebih mematikan daripada mariyuana atau bahkan kokain, karena ini dapat mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat disembuhkan dalam jangka waktu yang pendek. "Penggunaan yang terus menerus dari zipeprol dapat menyebabkan gangguan pencernaan, sesak napas, kelumpuhan pada kandung kemih, dan kegagalan jantung.
* Dari berbagai sumber, berita tsb di atas hanya bersifat informasi saja, tanpa berpolemik setuju atau tidak setuju.
Sonny
0 comments:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Posting Komentar