"HAK DASAR SETIAP ANAK"
"Sewaktu saya berumur lima tahun, Ayah pernah berhubungan gelap untuk waktu yang singkat dengan sekretarisnya, dan orang tua saya pun bercerai. Sehubungan dengan mengurus saya, mereka melakukan segalanya dengan 'benar' menurut hikmat masa kini. Mereka meyakinkan saya bahwa meskipun mereka tidak lagi salang mencintai, mereka masih mengasihi saya, dan setelah ayah tinggal sendirian di apartemennya di bagian lain kota kami, mereka tetap memenuhi kebutuhan materi saya.
"Dua tahun kemudian ibu menikah lagi, dan kami pindah ke luar negeri. Setelah itu, saya bertemu Ayah sekali saja tiap beberapa tahun. Dalam sembilan tahun belakangan, hanya sekali saya bertemu dengannya. Saya melewatkan sebagian besar masa pertumbuhan tanpa kehadirannya, dan ia mengenal ketiga anak saya-cucunya-hanya lewat surat dan foto yang saya kirimkan kepadanya. Mereka tidak pernah bertemu kakek mereka.
"Sebagai anak korban perceraian, saya tumbuh besar tanpa luka yang kelihatan. Tetapi, di dalam hati saya bergelut dengan kemarahan yang hebat, depresi, dan perasaan tidak aman tanpa tahu sebabnya. Saya sama sekali tidak mempercayai kaum pria. Barulah pada usia 30-an saya dibantu oleh seorang teman yang matang untuk mengenali akar kebencian saya dan saya pun mulai berupaya membuangnya.
"Perceraian orang tua saya merampas dari saya hak dasar setiap anak-mendapatkan perasaan aman dan terlindungi. Dunia ini adalah tempat yang dingin dan menakutkan, tetapi bagi saya keluarga tampaknya adalah benteng, tempat anak bisa berlindung agar merasa terpelihara dan terhibur. Jika kita meruntuhkan keluarga, runtuh pulalah benteng itu." - DIANA
(Sumber : Atas kebaikan Sedarlah edisi Februari 2010, h. 6)
Baca serial lengkap ini (Apakah Perceraian jalan Keluarnya?) di Sedarlah! Februari 2010.
Custom Search
"Hak Dasar Setiap Anak"
Posted by Ade Chandra Siagian at 19.25
Labels: keluarga Bahagia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Posting Komentar