Groves of mature |
At the nursery, seedlings get just the right amount of sun and shade (Di tempat pembibitan, tunas-tunas muda mendapat sinar matahari dan naungannya yang tepat)
Coffee cherries are harvested by stripping them from the branches (Buah kopi dipanen dengan menanggalkannya dari cabang)
Brazilian harvester sifting cherries by hand to remove leaves and dirt (Pemanen Brazil mengayak buah kopi untuk menyingkirkan daun dan kotoran)
Samples are classified by counting the number of defects in ten ounces [300 grams] of beans (Sampel-sampel dikelompokkan dengan menghitung jumblah cacat dalam 300 gram biji.)
A taster must have a great deal of experience
(Seorang pengecap haraus sangat berpengalaman)
Kopi Berkualitas—Dari Pohonnya Hingga ke Cangkir Anda
OLEH KORESPONDEN SEDARLAH! DI BRASIL
ORANG Finlandia menyebutnya minuman nasional mereka. Bagi banyak orang Italia, cara mempersiapkannya yang rumit sudah mentradisi. Di Amerika Serikat, Jerman, Meksiko, Prancis, serta banyak negeri lain, dia merupakan menu utama sarapan. Setelah teh, dialah minuman favorit sedunia. Siapakah dia? Bagi sepertiga penduduk dunia ini, jawabannya satu saja—kopi!
Tidak soal Anda suka kopi atau tidak, popularitasnya tidak dapat disangkal lagi. Apa yang dibutuhkan untuk menghasilkan kopi berkualitas? Di mana tumbuhnya? Bagaimana ia diproses? Adakah perbedaan mencolok antara berbagai jenis kopi? Faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas, rasa, dan harganya?
Kopi dibuat dengan menyangrai biji-biji dari pohon kopi; pohon ini berukuran besar, tumbuh berkelompok, dan berdaun hijau tua mengkilap yang tumbuh sepanjang tahun di kawasan semitropis. Sewaktu berbunga, pohon itu diselimuti bunga-bunga putih yang indah dan menyebarkan keharuman melati yang sedap. Dalam waktu beberapa hari saja, bunga-bunga itu digantikan sekelompok buah kecil seperti ceri berwarna hijau yang berangsur-angsur tumbuh dan berubah warna dari hijau menjadi cokelat keemasan, kemudian merah atau kuning sewaktu telah matang benar.
Meskipun ada sekitar 70 spesies pohon kopi, dari semak kerdil hingga pohon setinggi 12 meter, hanya dua spesies, Coffea arabica, atau Arabika, dan Coffea canephora, juga dikenal sebagai Robusta, yang digunakan dalam 98 persen produksi kopi sedunia. Kopi terbaik berasal dari varietas-varietas Arabika, khususnya yang ditanam di dataran tinggi. Pohon-pohon ini tumbuh sampai ketinggian 4 hingga 6 meter, meskipun biasanya dipangkas agar tetap setinggi 4 meter saja. Robusta, yang kebanyakan digunakan untuk kopi instan, memiliki kadar kafein lebih tinggi dan rasanya lebih netral.
Apa yang dibutuhkan untuk menghasilkan kopi berkualitas? Singkat saja, kerja keras! Semuanya bermula dengan menanam biji khusus hasil budi daya di sebuah tempat pembibitan yang dirancang untuk menyediakan sinar matahari dan keteduhan yang tepat. Setelah kira-kira enam bulan, tunas muda itu dipindahkan ke lahan, yang tanahnya telah diberi pupuk dan mineral. Tunas kopi itu ditanam dalam barisan mengikuti kontur lereng. Barisan-barisan ini diberi jarak yang cukup untuk memungkinkan pertumbuhan dan mempermudah pemanenan serta pemeliharaan pohon dan tanahnya.
Agar produktif, pohon-pohon itu harus terus-menerus diperhatikan sepanjang tahun. Ini mencakup menyingkirkan lalang yang dapat bersaing memperebutkan zat gizi dalam tanah dan secara teratur menyemprotkan fungisida serta insektisida untuk melindunginya dari hama dan penyakit, seperti ulat kopi dan jamur kopi.
Dibutuhkan sekurang-kurangnya dua tahun sebelum tanaman muda itu mulai berproduksi. Sewaktu masa panen tiba, pekerjaan meningkat secara dramatis. Proses yang ideal adalah memetik hanya buah kopi yang matang dengan tangan, satu demi satu, sebagaimana dilakukan di negeri-negeri seperti Kolombia dan Kosta Rika.
Buah kopi yang dipanen dengan cara ini biasanya diproses dengan proses basah. Dalam proses ini, buah kopi dimasukkan ke dalam mesin pengupas, yang menyingkirkan sebagian besar daging dari bijinya. Biji-biji itu kemudian dimasukkan ke dalam tangki selama satu hingga tiga hari, sehingga enzim yang secara alami dihasilkan akan menguraikan daging yang tersisa melalui fermentasi. Biji-biji itu lalu dicuci untuk menyingkirkan sisa-sisa daging. Ada yang dikeringkan dengan dijemur di bawah sinar matahari pada teras beton atau meja pengeringan, atau melewatkannya pada mesin pengering berudara panas. Lapisan kulit kering di sekeliling biji, yang terdiri dari kulit tanduk dan kulit perak, kemudian disingkirkan secara mekanis. Fermentasi yang terjadi selama proses basah, serta penggunaan buah kopi yang matang benar, menghasilkan kopi lembut berkualitas tinggi.
Di Brasil, penghasil kopi terbesar di dunia, kebanyakan petani menggunakan metode panen yang dikenal sebagai derriça. Kopi dipanen secara manual dengan menanggalkan semua buah kopi dari cabangnya secara bersamaan, tidak soal seberapa matang buah itu. Belum lama ini, beberapa produsen berpaling pada metode panen mekanis atau semimekanis guna meningkatkan kualitas dan produktivitas. Metode lain menggunakan perkakas pneumatik genggam yang memiliki lengan panjang dengan ujung mirip ”jari-jari” yang bergetar untuk menggoyang cabang-cabang pohon, sehingga hanya buah kopi yang telah matang yang jatuh ke tanah.
Buah-buah kopi yang jatuh itu harus dikumpulkan dan diayak, secara manual atau mekanis, untuk menyingkirkan daun, kotoran, dan ranting. Kemudian, buah-buah itu dimasukkan ke dalam keranjang-keranjang berkapasitas 60 liter. Buah-buah ayakan kemudian dicuci dalam baskom beton atau dalam mesin khusus. Proses pencucian memisahkan buah yang matang dari buah kering yang lebih lama dan telah mulai membusuk.
Setelah dicuci, kopi itu ditebarkan pada teras beton yang besar untuk dikeringkan di bawah sinar matahari selama 15 hingga 20 hari. Pada waktu ini, buah-buah itu dibalikkan setiap 20 menit, sehingga keringnya merata. Pengering mekanis adakalanya digunakan untuk mempercepat proses pengeringan. Kandungan air dalam kopi harus dipantau agar tidak sampai terlalu kering, yang membuat buahnya rapuh dan pecah-pecah sehingga nilainya pun turun. Setelah tercapai kandungan air yang ideal, yakni antara 11 dan 12 persen, kopi itu dikupas secara mekanis sehingga tinggal bijinya. Biji-biji itu kemudian dimasukkan ke dalam goni berkapasitas 60 kilogram. Biasanya, kopi ini lalu dibawa ke koperasi untuk dikelompokkan dan diproses lagi.
Di koperasi, satu per satu kantong kopi dibongkar dari truk. Sebelum meletakkan bebannya, para pekerja melewati satu orang yang menusuk setiap kantong dengan sebuah tongkat panjang berujung tajam untuk mengambil sedikit sampel isinya. Sampel-sampel yang diambil dari semua kantong dari truk yang sama kemudian digabungkan menjadi satu sampel, yang dilabeli dan dikelompokkan.
Setelah pengambilan sampel, kopi dari truk-truk yang berbeda digabungkan dan diproses lagi untuk meningkatkan kualitasnya. Pertama-tama, kopi itu melewati mesin yang menyingkirkan kotoran, kemudian melewati pengayak mekanis yang memisahkan biji berdasarkan ukuran, lalu ke meja bergetar yang memisahkannya menurut berat. Setelah itu, biji-biji tersebut dibawa ke pemisah elektronis, yang menyingkirkan biji berwarna hitam atau hijau yang dapat merusak rasa kopi sewaktu diseduh. Sisanya kemudian dibawa ke reservoir penyimpanan dan belakangan, dituang ke dalam kantong-kantong. Kantong-kantong ini berisi biji yang sama ukuran dan kualitasnya, siap dijual kepada eksportir atau pembeli setempat.
Bagaimana sampel-sampel yang tadi diambil itu digunakan? Ini dikelompokkan untuk menentukan harga yang bakal diterima setiap petani untuk kopinya. Pertama-tama, sampel-sampel itu dinilai berdasarkan jenisnya, yang didasarkan atas jumlah cacat dalam 300 gram sampel. Yang dimaksud dengan cacat adalah biji yang hitam, hijau, atau pecah, dan kotoran, seperti kulit ari, ranting, dan batu-batu kecil. Berikutnya, biji-biji itu dilewatkan ke serangkaian ayakan dan dipisahkan menurut ukurannya.
Akhirnya, tibalah tahap uji rasa. Sampel itu disangrai sebentar, lalu digiling, dan ditakar ke dalam beberapa gelas. Air mendidih ditambahkan, isinya diaduk, dan seorang pengecap yang berpengalaman mengendus aroma setiap sampel. Setelah sampel itu dibiarkan mendingin dan bubuk kopinya mengendap, ia menggunakan centong kecil untuk mengambil sedikit sampel, yang dihirup ke dalam mulutnya dan segera diludahkan, segera pindah ke gelas berikutnya, dan mengulangi proses itu. Setelah mengecap semua sampel, ia menilai kopi itu, dari lembut (sedap, lembut, sedikit manis) hingga keras (tajam, rasa seperti iodin).
Seorang pengecap harus memiliki indra pengecap yang sangat baik dan banyak pengetahuan serta pengalaman guna membedakan secara saksama beragam rasa kopi yang bermiripan. Selain menjadi dasar untuk menentukan harga kopi, pengecapan sangat penting untuk tahap berikutnya dalam menghasilkan kopi berkualitas.
Mencampur, yang biasanya dilakukan pada buah mentah, merupakan seni menggabungkan kopi dengan karakteristik yang saling melengkapi untuk menghasilkan produk yang seimbang dan menonjolkan sifat-sifat yang disukai dalam hal rasa, aroma, cita rasa, dan penampilannya. Tantangan bagi para pencampur adalah kekonsistenan dalam menghasilkan minuman yang lezat dengan karakteristik yang unik.
Tahap berikutnya, menyangrai, juga sangat menentukan kualitas kopi. Pada tahap ini, perubahan kimia yang rumit berlangsung di dalam biji, membebaskan aroma kopi yang khas. Penyangraian dapat dilakukan hingga kopi itu berwarna terang, agak gelap, atau gelap, bergantung rasa yang diinginkan dan metode penyeduhan yang digunakan. Akan tetapi, penyangraian yang berlebihan dapat menyebabkan biji itu tampak berkilat, karena hilangnya minyak penghasil aromanya. Ini menghasilkan kopi yang pahit dan tidak terlalu beraroma.
Penggilingan yang tepat juga sangat penting untuk menghasilkan kopi berkualitas baik. Ukuran hasil gilingan ditentukan oleh metode penyeduhan yang akan digunakan. Misalnya, gilingan menengah digunakan untuk kopi yang akan diseduh dengan saringan kain atau kertas, sedangkan gilingan halus digunakan untuk kopi Turki, yang tidak disaring.
Setelah digiling, kopi itu dikemas dan dikapalkan. Kopi dalam kemasan plastik dapat bertahan sekitar 60 hari, sedangkan kopi dalam kemasan hampa udara dapat bertahan hingga setahun. Kopi yang telah dibuka kemasannya harus disimpan dalam tempat penyimpanan yang ditutup rapat, lebih baik lagi dalam lemari es.
Setelah menanam, memupuk, memanen, memproses, mengelompokkan, mencampur, menyangrai, dan menggiling, akhirnya tibalah tahap yang telah Anda nanti-nantikan—mempersiapkan ’kopi yang sempurna’ itu! Ada banyak metode penyeduhan, seperti metode Turki, penetesan otomatis, dan moka Italia, serta masih banyak lagi—dan masing-masing menuntut cara persiapan yang berbeda. Akan tetapi, pada umumnya, disarankan agar Anda menggunakan enam hingga delapan sendok makan kopi untuk satu liter air. Siapkan dalam jumlah yang cukup untuk langsung disajikan. Jangan pernah menggunakan lagi bubuk yang telah diseduh, dan cucilah selalu teko kopi, tempat saringan, serta peralatan lain dengan air segera setelah digunakan.
Kali berikutnya Anda menikmati rasa dan aroma kopi favorit Anda, tidak soal itu cafezinho Brasil, tinto Kolombia, espresso Italia, atau seduhan istimewa Anda sendiri, jangan lupakan semua kerja keras yang dibutuhkan untuk menyediakan kopi berkualitas itu—dari pohonnya hingga ke cangkir Anda.
Sumber :
Watchtower Library 2008 (Bahasa Indonesia)
Appreared in Awake October 8, 1999
Copyright 2006 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania. All rights reserved.
Website : www.watchtower.org
Tidak soal Anda suka kopi atau tidak, popularitasnya tidak dapat disangkal lagi. Apa yang dibutuhkan untuk menghasilkan kopi berkualitas? Di mana tumbuhnya? Bagaimana ia diproses? Adakah perbedaan mencolok antara berbagai jenis kopi? Faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas, rasa, dan harganya?
Dari Mana Asalnya?
Kopi dibuat dengan menyangrai biji-biji dari pohon kopi; pohon ini berukuran besar, tumbuh berkelompok, dan berdaun hijau tua mengkilap yang tumbuh sepanjang tahun di kawasan semitropis. Sewaktu berbunga, pohon itu diselimuti bunga-bunga putih yang indah dan menyebarkan keharuman melati yang sedap. Dalam waktu beberapa hari saja, bunga-bunga itu digantikan sekelompok buah kecil seperti ceri berwarna hijau yang berangsur-angsur tumbuh dan berubah warna dari hijau menjadi cokelat keemasan, kemudian merah atau kuning sewaktu telah matang benar.
Meskipun ada sekitar 70 spesies pohon kopi, dari semak kerdil hingga pohon setinggi 12 meter, hanya dua spesies, Coffea arabica, atau Arabika, dan Coffea canephora, juga dikenal sebagai Robusta, yang digunakan dalam 98 persen produksi kopi sedunia. Kopi terbaik berasal dari varietas-varietas Arabika, khususnya yang ditanam di dataran tinggi. Pohon-pohon ini tumbuh sampai ketinggian 4 hingga 6 meter, meskipun biasanya dipangkas agar tetap setinggi 4 meter saja. Robusta, yang kebanyakan digunakan untuk kopi instan, memiliki kadar kafein lebih tinggi dan rasanya lebih netral.
Menanam Kopi Berkualitas
Apa yang dibutuhkan untuk menghasilkan kopi berkualitas? Singkat saja, kerja keras! Semuanya bermula dengan menanam biji khusus hasil budi daya di sebuah tempat pembibitan yang dirancang untuk menyediakan sinar matahari dan keteduhan yang tepat. Setelah kira-kira enam bulan, tunas muda itu dipindahkan ke lahan, yang tanahnya telah diberi pupuk dan mineral. Tunas kopi itu ditanam dalam barisan mengikuti kontur lereng. Barisan-barisan ini diberi jarak yang cukup untuk memungkinkan pertumbuhan dan mempermudah pemanenan serta pemeliharaan pohon dan tanahnya.
Agar produktif, pohon-pohon itu harus terus-menerus diperhatikan sepanjang tahun. Ini mencakup menyingkirkan lalang yang dapat bersaing memperebutkan zat gizi dalam tanah dan secara teratur menyemprotkan fungisida serta insektisida untuk melindunginya dari hama dan penyakit, seperti ulat kopi dan jamur kopi.
Dibutuhkan sekurang-kurangnya dua tahun sebelum tanaman muda itu mulai berproduksi. Sewaktu masa panen tiba, pekerjaan meningkat secara dramatis. Proses yang ideal adalah memetik hanya buah kopi yang matang dengan tangan, satu demi satu, sebagaimana dilakukan di negeri-negeri seperti Kolombia dan Kosta Rika.
Buah kopi yang dipanen dengan cara ini biasanya diproses dengan proses basah. Dalam proses ini, buah kopi dimasukkan ke dalam mesin pengupas, yang menyingkirkan sebagian besar daging dari bijinya. Biji-biji itu kemudian dimasukkan ke dalam tangki selama satu hingga tiga hari, sehingga enzim yang secara alami dihasilkan akan menguraikan daging yang tersisa melalui fermentasi. Biji-biji itu lalu dicuci untuk menyingkirkan sisa-sisa daging. Ada yang dikeringkan dengan dijemur di bawah sinar matahari pada teras beton atau meja pengeringan, atau melewatkannya pada mesin pengering berudara panas. Lapisan kulit kering di sekeliling biji, yang terdiri dari kulit tanduk dan kulit perak, kemudian disingkirkan secara mekanis. Fermentasi yang terjadi selama proses basah, serta penggunaan buah kopi yang matang benar, menghasilkan kopi lembut berkualitas tinggi.
Di Brasil, penghasil kopi terbesar di dunia, kebanyakan petani menggunakan metode panen yang dikenal sebagai derriça. Kopi dipanen secara manual dengan menanggalkan semua buah kopi dari cabangnya secara bersamaan, tidak soal seberapa matang buah itu. Belum lama ini, beberapa produsen berpaling pada metode panen mekanis atau semimekanis guna meningkatkan kualitas dan produktivitas. Metode lain menggunakan perkakas pneumatik genggam yang memiliki lengan panjang dengan ujung mirip ”jari-jari” yang bergetar untuk menggoyang cabang-cabang pohon, sehingga hanya buah kopi yang telah matang yang jatuh ke tanah.
Buah-buah kopi yang jatuh itu harus dikumpulkan dan diayak, secara manual atau mekanis, untuk menyingkirkan daun, kotoran, dan ranting. Kemudian, buah-buah itu dimasukkan ke dalam keranjang-keranjang berkapasitas 60 liter. Buah-buah ayakan kemudian dicuci dalam baskom beton atau dalam mesin khusus. Proses pencucian memisahkan buah yang matang dari buah kering yang lebih lama dan telah mulai membusuk.
Setelah dicuci, kopi itu ditebarkan pada teras beton yang besar untuk dikeringkan di bawah sinar matahari selama 15 hingga 20 hari. Pada waktu ini, buah-buah itu dibalikkan setiap 20 menit, sehingga keringnya merata. Pengering mekanis adakalanya digunakan untuk mempercepat proses pengeringan. Kandungan air dalam kopi harus dipantau agar tidak sampai terlalu kering, yang membuat buahnya rapuh dan pecah-pecah sehingga nilainya pun turun. Setelah tercapai kandungan air yang ideal, yakni antara 11 dan 12 persen, kopi itu dikupas secara mekanis sehingga tinggal bijinya. Biji-biji itu kemudian dimasukkan ke dalam goni berkapasitas 60 kilogram. Biasanya, kopi ini lalu dibawa ke koperasi untuk dikelompokkan dan diproses lagi.
Pengelompokan
Di koperasi, satu per satu kantong kopi dibongkar dari truk. Sebelum meletakkan bebannya, para pekerja melewati satu orang yang menusuk setiap kantong dengan sebuah tongkat panjang berujung tajam untuk mengambil sedikit sampel isinya. Sampel-sampel yang diambil dari semua kantong dari truk yang sama kemudian digabungkan menjadi satu sampel, yang dilabeli dan dikelompokkan.
Setelah pengambilan sampel, kopi dari truk-truk yang berbeda digabungkan dan diproses lagi untuk meningkatkan kualitasnya. Pertama-tama, kopi itu melewati mesin yang menyingkirkan kotoran, kemudian melewati pengayak mekanis yang memisahkan biji berdasarkan ukuran, lalu ke meja bergetar yang memisahkannya menurut berat. Setelah itu, biji-biji tersebut dibawa ke pemisah elektronis, yang menyingkirkan biji berwarna hitam atau hijau yang dapat merusak rasa kopi sewaktu diseduh. Sisanya kemudian dibawa ke reservoir penyimpanan dan belakangan, dituang ke dalam kantong-kantong. Kantong-kantong ini berisi biji yang sama ukuran dan kualitasnya, siap dijual kepada eksportir atau pembeli setempat.
Bagaimana sampel-sampel yang tadi diambil itu digunakan? Ini dikelompokkan untuk menentukan harga yang bakal diterima setiap petani untuk kopinya. Pertama-tama, sampel-sampel itu dinilai berdasarkan jenisnya, yang didasarkan atas jumlah cacat dalam 300 gram sampel. Yang dimaksud dengan cacat adalah biji yang hitam, hijau, atau pecah, dan kotoran, seperti kulit ari, ranting, dan batu-batu kecil. Berikutnya, biji-biji itu dilewatkan ke serangkaian ayakan dan dipisahkan menurut ukurannya.
Akhirnya, tibalah tahap uji rasa. Sampel itu disangrai sebentar, lalu digiling, dan ditakar ke dalam beberapa gelas. Air mendidih ditambahkan, isinya diaduk, dan seorang pengecap yang berpengalaman mengendus aroma setiap sampel. Setelah sampel itu dibiarkan mendingin dan bubuk kopinya mengendap, ia menggunakan centong kecil untuk mengambil sedikit sampel, yang dihirup ke dalam mulutnya dan segera diludahkan, segera pindah ke gelas berikutnya, dan mengulangi proses itu. Setelah mengecap semua sampel, ia menilai kopi itu, dari lembut (sedap, lembut, sedikit manis) hingga keras (tajam, rasa seperti iodin).
Seorang pengecap harus memiliki indra pengecap yang sangat baik dan banyak pengetahuan serta pengalaman guna membedakan secara saksama beragam rasa kopi yang bermiripan. Selain menjadi dasar untuk menentukan harga kopi, pengecapan sangat penting untuk tahap berikutnya dalam menghasilkan kopi berkualitas.
Mencampur dan Menyangrai
Mencampur, yang biasanya dilakukan pada buah mentah, merupakan seni menggabungkan kopi dengan karakteristik yang saling melengkapi untuk menghasilkan produk yang seimbang dan menonjolkan sifat-sifat yang disukai dalam hal rasa, aroma, cita rasa, dan penampilannya. Tantangan bagi para pencampur adalah kekonsistenan dalam menghasilkan minuman yang lezat dengan karakteristik yang unik.
Tahap berikutnya, menyangrai, juga sangat menentukan kualitas kopi. Pada tahap ini, perubahan kimia yang rumit berlangsung di dalam biji, membebaskan aroma kopi yang khas. Penyangraian dapat dilakukan hingga kopi itu berwarna terang, agak gelap, atau gelap, bergantung rasa yang diinginkan dan metode penyeduhan yang digunakan. Akan tetapi, penyangraian yang berlebihan dapat menyebabkan biji itu tampak berkilat, karena hilangnya minyak penghasil aromanya. Ini menghasilkan kopi yang pahit dan tidak terlalu beraroma.
Penggilingan yang tepat juga sangat penting untuk menghasilkan kopi berkualitas baik. Ukuran hasil gilingan ditentukan oleh metode penyeduhan yang akan digunakan. Misalnya, gilingan menengah digunakan untuk kopi yang akan diseduh dengan saringan kain atau kertas, sedangkan gilingan halus digunakan untuk kopi Turki, yang tidak disaring.
Setelah digiling, kopi itu dikemas dan dikapalkan. Kopi dalam kemasan plastik dapat bertahan sekitar 60 hari, sedangkan kopi dalam kemasan hampa udara dapat bertahan hingga setahun. Kopi yang telah dibuka kemasannya harus disimpan dalam tempat penyimpanan yang ditutup rapat, lebih baik lagi dalam lemari es.
Mempersiapkan ’Kopi yang Sempurna’
Setelah menanam, memupuk, memanen, memproses, mengelompokkan, mencampur, menyangrai, dan menggiling, akhirnya tibalah tahap yang telah Anda nanti-nantikan—mempersiapkan ’kopi yang sempurna’ itu! Ada banyak metode penyeduhan, seperti metode Turki, penetesan otomatis, dan moka Italia, serta masih banyak lagi—dan masing-masing menuntut cara persiapan yang berbeda. Akan tetapi, pada umumnya, disarankan agar Anda menggunakan enam hingga delapan sendok makan kopi untuk satu liter air. Siapkan dalam jumlah yang cukup untuk langsung disajikan. Jangan pernah menggunakan lagi bubuk yang telah diseduh, dan cucilah selalu teko kopi, tempat saringan, serta peralatan lain dengan air segera setelah digunakan.
Kali berikutnya Anda menikmati rasa dan aroma kopi favorit Anda, tidak soal itu cafezinho Brasil, tinto Kolombia, espresso Italia, atau seduhan istimewa Anda sendiri, jangan lupakan semua kerja keras yang dibutuhkan untuk menyediakan kopi berkualitas itu—dari pohonnya hingga ke cangkir Anda.
Sumber :
Watchtower Library 2008 (Bahasa Indonesia)
Appreared in Awake October 8, 1999
Copyright 2006 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania. All rights reserved.
Website : www.watchtower.org
0 comments:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Posting Komentar