Enam Kunci Kesuksesan Pribadi
1 Miliki Pandangan yang Benar Tentang Uang
”Cinta akan uang adalah akar segala macam perkara yang mencelakakan, dan dengan memupuk cinta itu beberapa orang telah . . . menikam diri mereka dengan banyak kesakitan.” [Dari sebuah Referensi] Perhatikan bahwa masalahnya bukan uang itu sendiri—yang kita semua perlukan untuk menafkahi diri dan keluarga kita—melainkan cinta akan uang. Kenyataannya, cinta itulah yang menjadikan uang sebagai majikan, atau allah.
Uang bukan hanya majikan yang kejam, melainkan juga yang licik. Tokoh Terbesar Sepanjang Zaman berbicara tentang ”tipu daya kekayaan”. Dengan kata lain, kekayaan menjanjikan kebahagiaan, tetapi tidak memberikannya. Kekayaan hanya menciptakan keinginan yang tak pernah terpuaskan. ”Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang,” kata sebuah Referensi
Singkatnya, cinta akan uang merusak diri dan pada akhirnya mengarah kepada kekecewaan, frustrasi, atau kejahatan. [Sebuah Referensi] Yang lebih berkaitan erat dengan kebahagiaan dan kesuksesan adalah sifat murah hati, sikap suka mengampuni, kebersihan moral, kasih, dan kerohanian.
2 Pupuk Kemurahan Hati
”Lebih bahagia memberi daripada menerima.” [Sebuah Referensi] Dengan sesekali memberi kita bisa memperoleh saat-saat yang membahagiakan, namun dengan memiliki sifat murah hati kita bisa menjadi orang yang berbahagia. Tentu saja, kemurahan hati bisa dinyatakan dengan banyak cara. Salah satu cara terbaik, dan sering kali paling dihargai, adalah dengan memberi diri.
Setelah mengkaji kembali beberapa penelitian tentang altruisme, kebahagiaan, dan kesehatan, peneliti Stephen G. Post menyimpulkan bahwa sikap tidak mementingkan diri (altruistis) dan kerelaan membantu orang lain dikaitkan dengan umur yang lebih panjang, kesejahteraan yang lebih baik, serta kesehatan jasmani dan mental yang lebih baik, termasuk berkurangnya depresi.
Selain itu, orang-orang yang memberi dengan murah hati menurut kesanggupan mereka tidak pernah dirugikan. Kata sebuah Referensi, ”Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.” (TB) Selaras dengan kata-kata itu, orang yang benar-benar murah hati—yang memberi tanpa pamrih—dihargai dan dikasihi, khususnya oleh Pencipta Agung.—
3 Ampuni Dengan Lapang Hati
”Teruslah . . . ampuni satu sama lain dengan lapang hati jika ada yang mempunyai alasan untuk mengeluh sehubungan dengan orang lain. Sama seperti Pencipta Agung dengan lapang hati mengampuni kamu, lakukan itu juga.” [Sebuah Referensi] Sekarang ini, orang tidak suka mengampuni, sebaliknya mereka lebih suka membalas daripada memperlihatkan belas kasihan. Akibatnya? Penghinaan memicu penghinaan, dan kekerasan menghasilkan kekerasan.
Bagaimana Anda bisa menjadi lebih suka mengampuni? Mulailah dengan memeriksa diri secara jujur. Tidakkah Anda kadang-kadang membuat orang lain kesal? Dan, tidakkah Anda senang bahwa mereka mengampuni Anda? Maka, tidakkah sebaiknya kita bermurah hati dan berbelaskasihan kepada orang lain? [Dari Sebuah Referensi] Sehubungan dengan hal ini, penting juga untuk mengembangkan pengendalian diri. ”Hitung sampai sepuluh” atau dengan satu atau lain cara, ambil waktu untuk meredakan diri. Dan, anggaplah pengendalian diri sebagai kekuatan. ”Ia yang lambat marah lebih baik daripada pria perkasa,” kata [sebuah Referensi]. ”Lebih baik daripada pria perkasa”—hal itu menyiratkan kesuksesan, bukan?
Beberapa Petunjuk Tambahan Untuk Sukses
▪ Pilih teman dengan bijaksana. ”Ia yang berjalan dengan orang-orang berhikmat akan menjadi berhikmat, tetapi ia yang berurusan dengan orang-orang bebal akan mengalami kemalangan.”
▪ Hindari kebiasaan ekstrem. ”Pemabuk dan orang gelojoh akan jatuh miskin.”
▪ Jangan membalas dendam. ”Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan kepada siapa pun.”
▪ Bekerja keras. ”Jika seseorang tidak mau bekerja, biarlah ia tidak makan.”
▪ Terapkan Aturan Emas. ”Segala sesuatu yang kamu ingin orang lakukan kepadamu, demikian juga harus kamu lakukan kepada mereka.”
▪ Kendalikan lidah. ”Ia yang mengasihi kehidupan dan ingin melihat hari-hari baik, biarlah ia menahan lidahnya terhadap apa yang jahat.” (Dari Sebuah Referensi]
4 Patuhi Standar-Standar Pencipta Sejati
”Perintah [Pencipta Agung] itu bersih, membuat mata bersinar.” [Dari Sebuah Referensi] Singkatnya, standar-standar Pencipta Sejati baik bagi kita—secara jasmani, mental, dan emosi. Antara lain, standar-standar itu melindungi kita dari praktek-praktek berbahaya seperti penyalahgunaan obat bius, pemabukan, perbuatan seksual yang tercela, dan menonton pornografi. Kerugian akibat praktek-praktek tersebut bisa muncul dalam bentuk kejahatan, kemiskinan, rasa tidak percaya, keluarga berantakan, problem mental dan emosi, penyakit, dan bahkan kematian dini.
Sisi positifnya, orang yang mematuhi standar-standar Pencipta Agung menghasilkan hubungan yang sehat, aman, dan juga membangun harga diri serta kedamaian batiniah. {Dalam sebuah Referensi disebutkan] , ”Pribadi yang mengajarkan hal-hal yang bermanfaat bagimu, Pribadi yang membuat engkau melangkah di jalan yang harus kautempuh.” Dan, Ia menambahkan, ”Oh, seandainya saja engkau mau memperhatikan perintah-perintahku! Maka damaimu akan menjadi seperti sungai, dan keadilbenaranmu seperti gelombang-gelombang laut”. Ya, Pencipta kita menginginkan yang terbaik bagi kita. Ia ingin agar kita ”melangkah di jalan” kesuksesan sejati.
5 Perlihatkan Kasih yang Tidak Mementingkan Diri
Bentuk kasih yang disebutkan di sini bukanlah cinta asmara, yang, tentu, ada tempatnya. Sebaliknya, itu adalah kasih yang lebih kaya, lebih bertahan lama dan didasarkan atas prinsip-prinsip ilahi. [dari sebuah Referensi] Selain itu, sifat tersebut tidak pasif, dalam arti hanya menerima, tetapi juga aktif, dalam arti memperlihatkannya melalui tindakan. Paulus selanjutnya berkata bahwa kasih ini juga sabar serta baik hati, tidak cemburu, suka membual, dan tidak angkuh. Kasih mengupayakan kesejahteraan orang lain tanpa mementingkan diri, dan tidak mudah tersinggung tetapi suka mengampuni. Kasih seperti itu membangun. Selain itu, kita dibantu untuk sukses dalam hubungan kita dengan orang lain, khususnya dengan anggota keluarga.—[dari sebuah Referensi]
Bagi orang tua, kasih berarti memperlihatkan kasih sayang yang hangat kepada anak-anak mereka dan menetapkan batasan-batasan yang jelas dan berdasarkan Alkitab sehubungan dengan moral dan perilaku. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan demikian menikmati perasaan aman dan kestabilan keluarga, dan mereka benar-benar merasa dikasihi dan dihargai.—[dari sebuah Referensi]
Jack, seorang pria muda di Amerika Serikat, dibesarkan dalam keluarga yang menerapkan prinsip-prinsip kebenaran universal. Setelah meninggalkan rumah, Jack menulis surat kepada orang tuanya. Antara lain ia mengatakan, ”Saya selalu berupaya mengikuti perintah [Referensi], ’Hormatilah bapakmu dan ibumu . . . dan baik keadaanmu.’ Keadaan saya memang baik. Dan sekarang, saya lebih menyadarinya lagi bahwa saya bisa seperti ini karena Papa dan Mama membesarkan saya dengan sungguh-sungguh dan penuh kasih sayang. Terima kasih atas semua kerja keras dan dukungan Papa dan Mama selama ini.” Jika Anda mempunyai anak, bagaimana perasaan Anda menerima surat seperti itu? Tidakkah Anda akan bahagia?
Kasih yang berprinsip juga ”bersukacita karena kebenaran”—kebenaran rohani yang terdapat dalam sebuah Referensi. Sebagai ilustrasi: Sepasang suami istri yang mengalami problem perkawinan memutuskan untuk membaca bersama kata-kata dalam sebuah Referensi ”Apa yang telah [Pencipta Agung] letakkan di bawah satu kuk [dalam perkawinan] hendaknya tidak dipisahkan manusia.” Nah, mereka harus memeriksa hati. Apakah mereka benar-benar ’bersukacita karena kebenaran Sejati’? Apakah mereka akan memandang dan menjalani perkawinan sebagai sesuatu yang suci, sebagaimana Pencipta Agung memandangnya? Bersediakah mereka untuk berupaya menyelesaikan problem mereka dengan semangat kasih? Jika demikian, mereka bisa menyukseskan perkawinan mereka, dan mereka akan bersukacita melihat hasilnya.
KASIH ADALAH OBAT YANG MANJUR
Dokter dan pengarang Dean Ornish menulis, ”Kasih dan keakraban merupakan faktor penentu yang membuat kita sakit dan sehat, yang menyebabkan kesedihan dan kebahagiaan, yang membuat kita menderita dan sembuh. Seandainya sebuah obat baru mempunyai pengaruh yang sama, hampir semua dokter di negeri ini akan merekomendasikannya kepada pasien mereka. Tidak meresepkan obat itu sama saja dengan malpraktek.”
6 Sadarlah akan Kebutuhan Rohani Anda
”Berbahagialah mereka yang sadar akan kebutuhan rohani mereka.” [Dari Sebuah Referensi] Tidak seperti binatang, manusia memiliki kesanggupan untuk menghargai hal-hal rohani. Itulah sebabnya kita mengajukan pertanyaan seperti: Apa makna kehidupan? Apakah ada Pencipta? Bagaimana keadaan kita setelah kita mati? Apa masa depan kita?
Di seluruh dunia, jutaan orang berhati jujur mendapati bahwa [Sebuah Referensi] menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang terakhir, misalnya, berkaitan dengan maksud-tujuan Pencipta Agung bagi umat manusia. Apa maksud-tujuan itu? Yaitu, agar bumi menjadi firdaus yang dihuni selamanya oleh orang-orang yang mengasihi Pencipta Sejati serta standar-standar-Nya. Kata sebuah Referensi, ”Orang-orang adil-benar akan memiliki bumi, dan mereka akan mendiaminya selama-lamanya.”
Jelaslah, Pencipta kita ingin agar kita menikmati lebih dari sekadar kesuksesan sementara selama 70 atau 80 tahun. Ia ingin kita sukses untuk selama-lamanya! Maka, kinilah saatnya bagi Anda untuk belajar tentang Pencipta kita. Tokoh Terbesar mengatakan, ”Ini berarti kehidupan abadi, bahwa mereka terus memperoleh pengetahuan mengenai dirimu, satu-satunya [Pencipta Agung] yang benar, dan mengenai pribadi yang engkau utus, ”Seraya Anda memperoleh pengetahuan tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan, Anda akan merasakan sendiri bahwa ”berkat [Pencipta Sejati] . . . itulah yang membuat kaya, dan ia tidak menambahkan kepedihan hati bersamanya”.—[Dari Sebuah Referensi]
[Catatan Kaki]
Dalam sebuah Referensi tersebut ”kasih” diterjemahkan dari kata Yunani a·ga′pe. A·ga′pe adalah kasih bermoral yang didasarkan atas pilihan untuk mengasihi orang lain atas dasar prinsip, kewajiban, dan kelayakan. Namun, a·ga′pe bukanlah tanpa perasaan melainkan disertai kehangatan dan kesungguhan hati.
Dari Putus Asa Menjadi Sukses
Catatan :
Artikel telah diedit, tulisan di atas berdasarkan sudat pandang penerbitnya, namun isinya tetap sesuatu yang universal dan bermanfaat!
Copyright © 2010 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania. All rights reserved.
0 comments:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Posting Komentar